Pemerintah Korea Selatan Galakkan Program Anti-Bullying di Sekolah

Dalam beberapa tahun terakhir, isu perundungan (bullying) di sekolah menjadi sorotan slot terbaru utama di Korea Selatan. Tingginya angka kasus perundungan, yang sering kali berujung pada trauma psikologis bahkan bunuh diri di kalangan pelajar, telah memicu kekhawatiran nasional. Menanggapi hal ini, pemerintah Korea Selatan menggencarkan berbagai program anti-bullying sebagai bentuk komitmen dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan sehat bagi seluruh peserta didik.

Latar Belakang Maraknya Bullying

Bullying di sekolah-sekolah Korea Selatan bukanlah fenomena baru, namun meningkatnya kesadaran masyarakat serta pemberitaan media yang masif membuat kasus-kasus ini menjadi perhatian utama. Bentuk perundungan yang terjadi pun beragam, mulai dari kekerasan fisik, pelecehan verbal, pengucilan sosial, hingga bullying digital melalui media sosial.

Beberapa kasus ekstrem bahkan sampai ke meja hijau dan menjadi perbincangan nasional. Tak sedikit siswa yang mengalami tekanan mental berat akibat perundungan dan memilih untuk keluar dari sekolah, atau dalam kasus yang paling tragis, mengakhiri hidupnya. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan tegas dan sistematis dalam menangani masalah ini.

Strategi dan Kebijakan Pemerintah

Untuk mengatasi persoalan ini, Kementerian Pendidikan Korea Selatan bersama dengan kementerian terkait meluncurkan serangkaian kebijakan dan program komprehensif.

  1. Peningkatan Pengawasan dan Laporan Kasus
    Pemerintah membentuk sistem pelaporan kasus bullying yang mudah diakses oleh siswa, guru, dan orang tua. Melalui platform daring dan aplikasi mobile, laporan dapat dikirim secara anonim, yang bertujuan melindungi pelapor dari intimidasi.
  2. Pembentukan Tim Pencegahan Bullying di Sekolah
    Setiap sekolah kini diwajibkan memiliki tim khusus yang terdiri dari guru, konselor, dan tenaga profesional lain yang terlatih untuk menangani kasus perundungan. Tim ini berfungsi tidak hanya untuk menindaklanjuti laporan, tetapi juga melakukan edukasi dan pencegahan.
  3. Pendidikan Karakter dan Emosional
    Kurikulum pendidikan kini dilengkapi dengan pelajaran yang menekankan pentingnya empati, toleransi, dan keterampilan sosial. Pemerintah juga mengembangkan program pelatihan bagi guru untuk mengidentifikasi tanda-tanda perundungan sejak dini dan menangani pelaku serta korban secara profesional.
  4. Kerja Sama dengan Lembaga Non-Pemerintah
    Pemerintah aktif bekerja sama dengan organisasi sosial, LSM, dan lembaga swadaya masyarakat untuk memperkuat jaringan perlindungan anak. Kampanye kesadaran publik secara luas juga digencarkan melalui media massa dan media sosial.

Dampak dan Tantangan

Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan Korea Selatan, terjadi penurunan sekitar 10% dalam jumlah laporan kasus bullying dalam dua tahun terakhir. Sekolah-sekolah juga mulai melaporkan iklim belajar yang lebih positif dan inklusif.

Meski begitu, tantangan masih tetap ada. Selain itu, budaya kompetitif yang tinggi di kalangan siswa Korea Selatan kadang menciptakan tekanan psikologis yang memicu perilaku agresif.

Penutup

Meski jalan masih panjang dan penuh tantangan, namun upaya kolektif yang melibatkan pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat luas menjadi fondasi penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan mendukung pertumbuhan anak secara utuh.

Dengan terus mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan yang ada, serta membangun budaya empati sejak dini, Korea Selatan berharap dapat membentuk generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

By admin